Pengertian dan Makna Siwaratri
Siwaratri artinya malam Siwa. Jika diuraikan terdiri dari 2 kata, yaitu Siwa dan Ratri. Siwa dalam bahasa Sansekerta berarti baik hati, suka memaafkan, memberi harapan dan membahagiakan dan juga Siwa dapat diartikan sebagai sebuah gelar atau nama kehormatan untuk salah satu manifestasi Tuhan yang diberi nama atau gelar kehormatan Dewa Siwa, dalam fungsi beliau sebagai pemerelina untuk mencapai kesucian atau kesadaran diri yang memberikan harapan untuk kebahagian.
Sedangkan Ratri artinya malam, yang dapat diartikan juga sebagai kegelapan. Jadi Siwaratri dapat diartikan sebagai malam pemerilina atau pelebur kegelapan dalam diri dan hati untuk menuju jalan yang lebih terang.
Dalam memaknai Hari Raya Siwaratri tidak sedikit yang beranggapan bahwa Siwaratri bertujuan untuk melebur dosa. Benarkah demikian? Lantas bagaimana dengan adanya Hukum Karma Phala? Jika dosa bisa dilebur hanya dalam satu malam (Siwaratri ). Menurut pengamat agama Gusti Ketut Widana mengatakan, secara tatwa sesungguhnya Siwaratri merupakan malam perenungan dosa, (bukan peleburan dosa), dengan tujuan tercapainya kesadaran diri. ”Secara tatwa, sesungguhnya Siwaratri itu simbolisasi dan aktualisasi diri dalam melakukan pendakian spiritual guna tercapainya ‘penyatuan’ Siwa, yaitu bersatunya atman dengan paramaatman atau Tuhan penguasa jagat raya itu sendiri.
Sebagai malam perenungan, kita mestinya melakukan evaluasi atau introspeksi diri atas perbuatan-perbuatan selama ini. Pada malam pemujaan Siwa ini kita memohon diberi tuntunan agar dapat keluar dari perbuatan dosa.
Baca juga:
CARA MELAKSANAKAN BRATA SHIWARATRI
Sehari sebelum Tilem sasih Kapitu atau yang sering disebut prawaning tilem kapitu, merupakan hari suci rahina Shiwaratri. Ada tiga jenis brata yang hendaknya kita laksanakan pada hari suci rahina Shiwaratri. Ini disebut sebagai Brata Shiwaratri, yaitu :
1. UPAWASA.- / Upawasa berasal dari bahasa sansekerta yang memiliki arti puasa tidak makan-minum. Tujuan dari upawasa adalah untuk merubah susunan energi tubuh halus kita, agar tubuh halus kita ibaratnya bisa menjadi "wadah penampung", yang dapat menampung energi suci karunia Ista Dewata.
2. MONA.- / Mona berasal dari bahasa sansekerta “Mauna”, yang memiliki arti tidak berbicara, atau tidak mengucapkan kata-kata. Tujuan dari mona adalah untuk merubah kondisi pikiran kita, agar pikiran kita lebih jernih, yang dapat membuat kita lebih mudah terhubung dengan Ista Dewata atau terhubung dengan keheningan di dalam diri.
3. TAN MREMA [JAGRA].- / Dalam buku suci Shiwaratri Kalpa, Tan Mrema juga disebut “Tan Aturu Atanghi”, yang memiliki arti tidak tidur, tetap terjaga, atau bergadang. Tan Mrema umumnya lebih dikenal dengan istilah Jagra. Makna lebih mendalam dari Jagra adalah fokus [tetap terjaga] pada rasa bhakti yang mendalam kepada Dewa Shiwa.
Brata Shiwaratri hendaknya disesuaikan dengan kemampuan, situasi dan kondisi kita masing-masing.
Tingkatan Brata Shiwaratri
Ada 3 tingkatan dalam melaksanakan brata Siwaratri, yaitu:
UTAMA - Upawasa, Mona dan Jagra.
MADYA - Mona dan Jagra / atau Upawasa dan Jagra.
NISTA - Jagra.
Jangka waktu pelaksanaan Brata Shiwaratri dilaksanakan mulai pagi hari saat matahari terbit dan berakhir pada saat matahari terbit berikutnya [selama 24 jam].
Jangka waktu pelaksanaan Brata Shiwaratri juga hendaknya disesuaikan dengan kemampuan, situasi dan kondisi kita masing-masing.
Ada tiga tingkatan jangka waktu pelaksanaan Brata Shiwaratri, yaitu :
UTAMA - Mulai pagi hari saat matahari terbit dan berakhir pada saat matahari terbit berikutnya [selama 24 jam].
MADYA - Mulai tengah hari [tengai tepet], atau sekitar jam 12 siang dan berakhir pada saat matahari terbit keesokan harinya [selama 18 jam].
NISTA - Mulai sore hari saat matahari terbenam dan berakhir pada saat matahari terbit keesokan harinya [selama 12 jam].
Tingkatan Brata Shiwaratri manapun yang kita pilih [sesuai dengan kemampuan, situasi dan kondisi kita masing-masing], sangat penting untuk diperhatikan, bahwa hendaknya selama periode 24 jam itu kita melaksanakan hal-hal sebagai berikut ini :
1. Memfokuskan diri kepada rasa bhakti yang mendalam kepada Dewa Shiwa. Seperti misalnya sebanyak mungkin melakukan penjapaan mantra Dewa Shiwa [“Om Namah Shivaya”] secara manasika japa [diucapkan di dalam hati], atau tekun melakukan meditasi advaitta-citta [meditasi non-dualitas], yaitu meditasi keheningan, sebagaimana ajaran rahasia Dewa Shiwa dalam buku-buku suci Shiwa Tantra, atau tekun melakukan pelayanan dan kebaikan kepada mahluk lain, sebagaimana dalam ajaran suci Shiwa Tantra disebutkan bahwa salah satu arti kata "Shiwa" adalah belas kasih agung.
2. Memfokuskan diri kepada perenungan ajaran suci dharma. Seperti misalnya membaca buku-buku suci, mendengarkan dharma wacana seorang Guru Suci, dsb-nya. Jangan fokus kita teralihkan kepada kesenangan duniawi seperti misalnya main game, bergossip, pacaran, merayu lawan jenis, dsb-nya.
3. Menahan diri dari segala perbuatan yang melanggar dharma. Jangan menyakiti, jangan mencuri, jangan menipu, dsb-nya.
4. Menahan diri dari segala perkataan yang melanggar dharma. Jangan ngomel-ngomel, jangan marah atau memaki, jangan menjelekkan orang lain, jangan merendahkan orang lain, jangan menghina, dsb-nya.
Setelah matahari terbit keesokan harinya, Brata Shiwaratri sudah berakhir dan hendaknya kita lanjutkan dengan sadhana Tilem sasih Kapitu sebagai penutup keseluruhan Brata Shiwaratri. Yaitu pada pagi hari melakukan mandi penyucian [melukat] di pathirtan [sumber mata air suci] atau pura beji, serta pada siang hari kita memberikan sedekah [punia] kepada orang miskin, atau orang sakit, atau orang-orang yang memerlukan lainnya.
Benarkah melaksanakan Brata Shiwaratri dapat menghapuskan karma-karma buruk ? Rumah Dharma tidak akan membuka hal ini dengan tujuan agar tidak mengurangi kerelaan dan ketulusan Anda dalam melaksanakan sadhana Brata Shiwaratri.
Malam Shiwaratri adalah malam Dewa Shiwa yang sangat sakral. Di alam kematian, Dewa Shiwa adalah Ista Dewata yang menjadi pelindung dan penolong universal bagi semua mahluk. Ini bukan pengetahuan yang sekedar bersumber dari buku-buku suci, melainkan juga diketahui dari penembusan spiritual ke alam rahasia oleh para Satguru dan para sadhaka yang wikan. Laksanakanlah saja Brata Shiwaratri dengan penuh ketulusan dan tanpa pamrih, sebagaimana yang dilaksanakan oleh Lubdaka.
Siwaratri artinya malam Siwa. Jika diuraikan terdiri dari 2 kata, yaitu Siwa dan Ratri. Siwa dalam bahasa Sansekerta berarti baik hati, suka memaafkan, memberi harapan dan membahagiakan dan juga Siwa dapat diartikan sebagai sebuah gelar atau nama kehormatan untuk salah satu manifestasi Tuhan yang diberi nama atau gelar kehormatan Dewa Siwa, dalam fungsi beliau sebagai pemerelina untuk mencapai kesucian atau kesadaran diri yang memberikan harapan untuk kebahagian.
Sedangkan Ratri artinya malam, yang dapat diartikan juga sebagai kegelapan. Jadi Siwaratri dapat diartikan sebagai malam pemerilina atau pelebur kegelapan dalam diri dan hati untuk menuju jalan yang lebih terang.
Dalam memaknai Hari Raya Siwaratri tidak sedikit yang beranggapan bahwa Siwaratri bertujuan untuk melebur dosa. Benarkah demikian? Lantas bagaimana dengan adanya Hukum Karma Phala? Jika dosa bisa dilebur hanya dalam satu malam (Siwaratri ). Menurut pengamat agama Gusti Ketut Widana mengatakan, secara tatwa sesungguhnya Siwaratri merupakan malam perenungan dosa, (bukan peleburan dosa), dengan tujuan tercapainya kesadaran diri. ”Secara tatwa, sesungguhnya Siwaratri itu simbolisasi dan aktualisasi diri dalam melakukan pendakian spiritual guna tercapainya ‘penyatuan’ Siwa, yaitu bersatunya atman dengan paramaatman atau Tuhan penguasa jagat raya itu sendiri.
Sebagai malam perenungan, kita mestinya melakukan evaluasi atau introspeksi diri atas perbuatan-perbuatan selama ini. Pada malam pemujaan Siwa ini kita memohon diberi tuntunan agar dapat keluar dari perbuatan dosa.
Pengertian, makna dan cara melaksanakan brata siwaratri |
Baca juga:
Makna Hari Raya Siwaratri Dan Cara Pelaksanaan Siwarâtri
CARA MELAKSANAKAN BRATA SHIWARATRI
Sehari sebelum Tilem sasih Kapitu atau yang sering disebut prawaning tilem kapitu, merupakan hari suci rahina Shiwaratri. Ada tiga jenis brata yang hendaknya kita laksanakan pada hari suci rahina Shiwaratri. Ini disebut sebagai Brata Shiwaratri, yaitu :
1. UPAWASA.- / Upawasa berasal dari bahasa sansekerta yang memiliki arti puasa tidak makan-minum. Tujuan dari upawasa adalah untuk merubah susunan energi tubuh halus kita, agar tubuh halus kita ibaratnya bisa menjadi "wadah penampung", yang dapat menampung energi suci karunia Ista Dewata.
2. MONA.- / Mona berasal dari bahasa sansekerta “Mauna”, yang memiliki arti tidak berbicara, atau tidak mengucapkan kata-kata. Tujuan dari mona adalah untuk merubah kondisi pikiran kita, agar pikiran kita lebih jernih, yang dapat membuat kita lebih mudah terhubung dengan Ista Dewata atau terhubung dengan keheningan di dalam diri.
3. TAN MREMA [JAGRA].- / Dalam buku suci Shiwaratri Kalpa, Tan Mrema juga disebut “Tan Aturu Atanghi”, yang memiliki arti tidak tidur, tetap terjaga, atau bergadang. Tan Mrema umumnya lebih dikenal dengan istilah Jagra. Makna lebih mendalam dari Jagra adalah fokus [tetap terjaga] pada rasa bhakti yang mendalam kepada Dewa Shiwa.
Brata Shiwaratri hendaknya disesuaikan dengan kemampuan, situasi dan kondisi kita masing-masing.
Tingkatan Brata Shiwaratri
Ada 3 tingkatan dalam melaksanakan brata Siwaratri, yaitu:
UTAMA - Upawasa, Mona dan Jagra.
MADYA - Mona dan Jagra / atau Upawasa dan Jagra.
NISTA - Jagra.
Jangka waktu pelaksanaan Brata Shiwaratri dilaksanakan mulai pagi hari saat matahari terbit dan berakhir pada saat matahari terbit berikutnya [selama 24 jam].
Jangka waktu pelaksanaan Brata Shiwaratri juga hendaknya disesuaikan dengan kemampuan, situasi dan kondisi kita masing-masing.
Ada tiga tingkatan jangka waktu pelaksanaan Brata Shiwaratri, yaitu :
UTAMA - Mulai pagi hari saat matahari terbit dan berakhir pada saat matahari terbit berikutnya [selama 24 jam].
MADYA - Mulai tengah hari [tengai tepet], atau sekitar jam 12 siang dan berakhir pada saat matahari terbit keesokan harinya [selama 18 jam].
NISTA - Mulai sore hari saat matahari terbenam dan berakhir pada saat matahari terbit keesokan harinya [selama 12 jam].
Tingkatan Brata Shiwaratri manapun yang kita pilih [sesuai dengan kemampuan, situasi dan kondisi kita masing-masing], sangat penting untuk diperhatikan, bahwa hendaknya selama periode 24 jam itu kita melaksanakan hal-hal sebagai berikut ini :
1. Memfokuskan diri kepada rasa bhakti yang mendalam kepada Dewa Shiwa. Seperti misalnya sebanyak mungkin melakukan penjapaan mantra Dewa Shiwa [“Om Namah Shivaya”] secara manasika japa [diucapkan di dalam hati], atau tekun melakukan meditasi advaitta-citta [meditasi non-dualitas], yaitu meditasi keheningan, sebagaimana ajaran rahasia Dewa Shiwa dalam buku-buku suci Shiwa Tantra, atau tekun melakukan pelayanan dan kebaikan kepada mahluk lain, sebagaimana dalam ajaran suci Shiwa Tantra disebutkan bahwa salah satu arti kata "Shiwa" adalah belas kasih agung.
2. Memfokuskan diri kepada perenungan ajaran suci dharma. Seperti misalnya membaca buku-buku suci, mendengarkan dharma wacana seorang Guru Suci, dsb-nya. Jangan fokus kita teralihkan kepada kesenangan duniawi seperti misalnya main game, bergossip, pacaran, merayu lawan jenis, dsb-nya.
3. Menahan diri dari segala perbuatan yang melanggar dharma. Jangan menyakiti, jangan mencuri, jangan menipu, dsb-nya.
4. Menahan diri dari segala perkataan yang melanggar dharma. Jangan ngomel-ngomel, jangan marah atau memaki, jangan menjelekkan orang lain, jangan merendahkan orang lain, jangan menghina, dsb-nya.
Setelah matahari terbit keesokan harinya, Brata Shiwaratri sudah berakhir dan hendaknya kita lanjutkan dengan sadhana Tilem sasih Kapitu sebagai penutup keseluruhan Brata Shiwaratri. Yaitu pada pagi hari melakukan mandi penyucian [melukat] di pathirtan [sumber mata air suci] atau pura beji, serta pada siang hari kita memberikan sedekah [punia] kepada orang miskin, atau orang sakit, atau orang-orang yang memerlukan lainnya.
Benarkah melaksanakan Brata Shiwaratri dapat menghapuskan karma-karma buruk ? Rumah Dharma tidak akan membuka hal ini dengan tujuan agar tidak mengurangi kerelaan dan ketulusan Anda dalam melaksanakan sadhana Brata Shiwaratri.
Malam Shiwaratri adalah malam Dewa Shiwa yang sangat sakral. Di alam kematian, Dewa Shiwa adalah Ista Dewata yang menjadi pelindung dan penolong universal bagi semua mahluk. Ini bukan pengetahuan yang sekedar bersumber dari buku-buku suci, melainkan juga diketahui dari penembusan spiritual ke alam rahasia oleh para Satguru dan para sadhaka yang wikan. Laksanakanlah saja Brata Shiwaratri dengan penuh ketulusan dan tanpa pamrih, sebagaimana yang dilaksanakan oleh Lubdaka.
Om Namah Shivaya. Selamat melaksanakan Brata Shiwaratri. Dumogi stata shanti lan rahayu sareng sami…
1 Komentar untuk "Pengertian, makna dan cara melaksanakan brata siwaratri"
Om swastiastu, menambah wawasan. suksma