Aum

Dekumen untuk umum, Om A no bhadraah kratavo yantu visvato ( Semoga pikiran baik datang dari segala penjuru) OM SWAHA

Buda Cemeng Ukir Hari pemujaan terhadap Dewi Laksmi tidak Dipeperkenankan Untuk Menggunakan Uang Yang sifatnya Tidak Kembali

Buda Wage Ukir atau biasa juga disebut dengan Buda Cemeng Ukir diperingati setiap 210 hari sekali atau 6 bulan sekali oleh
umat Hindu di Bali. 

Buda Cemeng Ukir itu merupakan hari pemujaan terhadap Dewi Laksmi yang merupakan sakti dari Dewa Wisnu atau yang disebut juga Bhatara Rambut Sedana atau 
Sang Hyang Sri Nini.

Buda Cemeng Ukir merupakan pertemuan unsur saptawara Buda atau Rabu, dengan unsur pancawara Wage dan juga
dari unsur wuku Ukir.  

Buda Wage disebut juga Buda Cemeng, maknanya iyalah untuk mewujudkan inti hakekat kesucian pikiran, dengan jalan memutus atau mengendalikan sifat - sifat kenafsuan (indria). 

Hari itu merupakan payogan dari Sang Hyang Manik Galih, dengan jalan menurunkan Sang Hyang Omkara Amrta atau inti hakekat kehidupan diluar ruang 
lingkup dunia skala.

Disanggah dan diatas tempat tidur menghaturkan wangi - wangian dan juga persembahan kepada Sang Hyang Sri dan pada malam harinya umat melakukan renungan suci.

Dan semua itu bertujuan untuk menenangkan pikiran dan memperoleh kedamaian
serta kebahagiaan.
(Lontar, Sundarigama)

Dan dimasyarakat juga ada umat yang meyakini bahwa, pada saat Buda Cemeng Ukir untuk tidak menggunakan uang yang sifatnya tidak kembali seperti membayar utang  atau menabung.

Karena diyakini uang itu tidak akan bisa kembali selamanya oleh karena sifat dari manusia itu sendiri yang
tamak ataupun rakus.

Walaupun semuanya itu terasa sulit untuk dijalankan umat, tetapi dapat kita petik hikmahnya sebagai umat manusia kita harus berusaha untuk mengendalikan diri dan mengekang segala hawa nafsu.

Uang itu bukanlah segalanya, karena diatas segala - galanya masih ada kuasa dari Tuhan 
yang mengatur semua itu.

Rasa syukur itu tidak harus dinilai dari besar kecilnya uang atau harta yang dimiliki, akan tetapi sebagai penghormatan dan rasa syukur atas semua anugerah rejeki, kekayaan, kemakmuran dan kesejahteraan
yang kita terima dari Dewi Laksmi atau Bhatara Rambut Sedana.

Dalam kekawin Nitisastra IV.7 
juga ada disebutkan ; 
Apabila jaman kali sudah datang, tidak ada yang lebih bernilai dari pada uang, sudah susah dikatakan para ilmuwan, orang pemberani, orang suci maupun orang yang
kuat semuanya pelayan
dari orang kaya.

Dari susastra Hindu tersebut memiliki makna, bahwa uang
itu pada hakekatnya adalah sarana dan bukanlah merupakan
tujuan hidup.

Maka dari itu gunakanlah uang tersebut sebagai alat atau sarana untuk mewujudkan dharma, kebenaran ataupun kebaikan.

Apabila uang tersebut digunakan sesuai dengan konsep ketuhanan sebagai alat (sarana) maka uang itu akan sangat berguna untuk mengantarkan manusia untuk mendapatkan hidup yang bahagia lahir batin.

Dan sebaliknya apabila uang itu diperoleh dengan jalan yang tidak baik, digunakan dan dianggap sebagai tujuan hidup manusia yang paling bernilai, maka uang itu akan dapat membuat kesengsaraan. 
1 Komentar untuk "Buda Cemeng Ukir Hari pemujaan terhadap Dewi Laksmi tidak Dipeperkenankan Untuk Menggunakan Uang Yang sifatnya Tidak Kembali "

Kalau untuk membeli kebutuhan sehari2 dan kebutuhan upacara,bagaimana ?

 
Copyright © 2014 Aum - All Rights Reserved
Template By Catatan Info