Arti dan Makna Memakai Bija
Wija (Bija) dalam bahasa Sanskerta disebut Gandaksata yang berasal dari kata ganda dan aksata yang artinya biji padi-padian yang utuh serta berbau wangi. Wija atau bija biasanya dibuat dari biji beras yang dicuci dengan air bersih atau air cendana.
Makna, Mantra dan Tata Cara Memakai Bija Yang Benar |
baca juga:
Makna Bija adalah lambang Kumara, yaitu putra atau wija Bhatara Siwa. Pada hakekatnya yang dimaksud dengan Kumara adalah benih ke-Siwa-an/Kedewataan yang bersemayam dalam diri setiap orang. Mawija mengandung makna menumbuh- kembangkan benih ke-Siwa-an itu dalam diri orang. Sehingga disarankan agar dapat menggunakan beras galih yaitu beras yang utuh, tidak patah (aksata). Alasan ilmiahnya, beras yang pecah atau terpotong tidak akan bisa tumbuh.
Tata Cara Memakai Bija
Dalam penempatan Bija tentu meletakkannya juga tidak sembarangan. Ibaratnya menumbuh kembangkan tananam buah kita tidak bisa menamamnya sembarangan haruslah di tanah yang subur. Maka dari itu menaruh bija di badan manusia ada aturannya, agar dapat menumbuh kembangkan sifat kedewataan /ke-Siwa-an dalam diri.
Bija sebaiknya diletakan pada titik-titik yang peka terhadap sifat dari kedewataan /ke-Siwa-an. Dan titik-titik dalam tubuh tersebut ada lima yang disebut Panca Adisesa. Adapun kelima tempat itu yakni:
Kelima titik peka untuk menerima rangsangan kedewataan yang disebut Panca Adisesa yakni titik-titik berikut ini.
- Di antara dua alis mata yang disebut anjacakra.sebenarnya letaknya yang lebih tepat, sedikit diatas, diantara dua alis mata itu. Hal paling biasa kita lihat.
- Di dalam mulut atau langit-langit.
- Di leher, diluar kerongkongan atau tenggorokan yang disebut wisuda cakra.
- Di pusar yang disebut titik manipura cakra.
- Di hulu hati (padma hrdaya) zat ketuhanan diyakini paling terkonsentrasi di dalam bagian padma hrdaya ini (hati berbentuk bunga tunjung atau padma). Titik kedewataan ini disebut Hana hatta cakra.
Pada waktu sembahyang, karena kita berpakaian lengkap, tentu agak sulit menaruh bija pada titik pusar (manipura cakra) . untuk lebih praktisnya agar tidak membuka baju atau kain, cukuplah tiga titik kedewataan yang letaknya terbuka saja yakni pada:
(1) anja cakra , sedikit diatas dua alis mata;
(2) di mulut, langsung ditelan jangan digigit atau dikunyah. Alasannya seperti tadi kalau dikunyah beras itu akan patah dan akhirnya tak tumbuh berkembang sifat kedewataan manusia; dan
(3) di leher, di wisuda cakra.
Kendati demikian, pada kenyataannya hingga dewasa ini dalam masyarakat Hindu-Bali, selain pada titik-titik diatas. Ada juga yang meletakkan pada titik-titik yang lain. Misalnya ditaruh diatas pelipis, sebelah luar atas alis kanan dan kiri. Ada juga yang menaruh pada pangkal di telingah bagian luar.
Boleh dikata kurang tepat menaruh bija selain pada 3 titik-titik yang telah disebutkan diatas. Karena titik-titik yang lain dalam tubuh kurang peka terhadap sifat kedewataan atau Tuhan yang ada dalam diri manusia. Sehingga cukup sulit menumbuh kembangkan sifat Kedewataan dalam diri.
Mantra memakai bija
Bija untuk di dahi:
OM SRIYAM BHAVANTU
Artinya:
(Oh Hyang Widhi, semoga kebahagiaan meliputi hamba).
Bija untuk di bawah tenggorokan:
OM SUKHAM BHAVANTU
Artinya:
(Oh Hyang Widhi, semoga kesenangan selalu hamba peroleh).
Bija untuk ditelan:
OM PURNAM BHAVANTUOM KSAMA SAMPURNA YA NAMAH SVAHA.
Artinya:
(Oh Hyang Widhi, semoga kesempurnaan meliputi hamba, Oh Hyang Widhi semoga semuanya menjadi bertambah sempurna).
Kesimpulan: Makna dari penggunaan Bija dalam persembahyangan ialah untuk menumbuh kembangkan sifat Kedewataan/ Ke-Siwa-aan / sifat Tuhan dalam diri. Seperti yang disebutkan dalam Upanisad bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu tidak berada di surga atau di dunia tertinggi melainkan ada pada setiap ciptaan-Nya.
(dikutip dari berbagai sumber)
1 Komentar untuk "Makna, Mantra dan Tata Cara Memakai Bija Yang Benar"
Rahajeng suksme info bije